Senin, 26 Mei 2014

Daya Saing Ekspor (3) Delivery Time

Delivery time menjadi salah satu kekuatan dalam Daya Saing Ekspor, karena waktu penyerahan barang ini sangat diperhitungkan sekali oleh buyer. Maka sering sekali setiap buyer meminta quotation, pasti ada pertanyaan  kapan Delivery Timenya , dan eksporter akan menyatakan deliveri time adala xx days/ weeks after receive payment/ LC.

Eksporter dalam menentukan Delivery time sangat memperhatikan beberapa hal:
  1. Kapasitas produksi
  2. Kecepatan Produksi
  3. Waktu pengiriman barang dari Gudang sampai pelabuhan muat ( bagi eksporter yang mempunyai lokasi usaha jauh dari pelabuhan muat).
Otomatis kemampuan modal untuk berproduksi harus tersedia. sehingga ketika eksporter menyatakan bahwa delivery time xx hari/minggu, itu berarti hasil produksi/komoditi sudah siap diserahkan.

Secara umum para pembeli/importer di luar negeri (bagian procurement) akan menentukan penerimaan barang di gudang mereka, sedapatkan mungkin ketika stock di gudang mereka mencapai minimum stock. Sehingga kedatang barang yang sesuai/ tepat dapat mengefektif dan mengefisien cost alokasi barang di gudang mereka.

Beberapa hal yang bisa dijadikan acuan oleh importer ketika akan mendatangkan barang,
- Janji Delivery Time dari Eksporter
- Sailing Time dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan
- Proses Out Clearance di pelabuhan bongkar 
- Trucking, jarak angkut barang dari pelabuhan muat sampai ke gudang Importer.

Maka dalam Order confirmation/Sales Confirmation/Contract Order  atau Letter of Credit dengan tegas disebutkan tanggal terakhir dalam pengapalan barang.

Maka disarankan kepada calon eksporter, dalam menentukan delivery time agar disesuaikan dengan kemampuan produksi barang ekspor atau dalam menyediakan barang ekspor. Namun apabila eksporter ingin menerima order di atas kapasitas yang ada maka perlu disiapkan segera adalah modal,tenaga kerja dan bahan baku produksi, agar ketika pembayaran / LC sudah diterima, barang bisa langsung diproses sesegera mungkin.

Bagaimana pendapat Anda.

Jumat, 02 Mei 2014

Daya Saing Ekspor (2) - Mutu Komoditi

Secara umum produk/komoditi yang di ekspor adalah mempunyai kualitas yang baik ( export standard quality), bahkan untuk beberapa negara tujuan, tingkat mutu komoditi/produk harus ada sertifikasi mutu dari competent authorizer di negara eksportir, serta memberikan kebijakan prosedur import yang  mensyaratkan ada pre shipment inspection (PSI) di negara eksporter oleh independent surveyor yang ditunjuk oleh Pemerintah negara Importer tersebut. sehingga seringkali Eksporter yang akan memulai ekspor agak kesulitan dalam memulai ekspor karena kurang pemahaman dalam kualitas mutu produk ekspor.

Namun "mutu' komoditi/produk ekspor juga ditentukan oleh karakter budaya masyarakat di negara tujuan, karena beberapa negara tidak mensyaratkan kualitas mutu yang terlalu njlimet, sehingga kondisi ini bisa memudahkan eksporter untuk melakukan ekspor dengan penuh semangat.

Sebagai contoh, negara Jepang adalah negara yang menerapkan kualitas mutu yang baik, siapapun eksporter akan paham bahwa tingkat karakter masyarakat Jepang adalah full inovatif dan kreatif, sehingga eksporter harus bisa memenuhi keinginan  masyarakat Jepang tersebut.

Ketika saya masih bekerja di Bank sering diskusi dengan eksporter Nasabah kami, salah satunya adalah eksporter Rattan Furniture. kami perhatikan bahwa rotan sebagai bahan baku untuk pembuatan furniture, kursi,meja dll, bukan di ambil dari rotan yang berkualitas/ grade A, bahkan berkualitas di bawah itu ( 2 level kebawah), hal ini pernah saya tanyakan ke teman eksporter tersebut,...karena menurut asumsi saya.. kursi rottan tersebut tidak akan bertahan dalam waktu 1 tahun akan rusak, menurut teman eksporter, karakter dan budaya masyarakat jepang, itu sangat dinamis full inovatif dan kreatif, mereka akan malu kalau mempunyai furniture yang model itu itu saja, bahkan awet bertahun tahun. dalam 1 tahun mereka sering mengganti furniture yang model terbaru, oleh karena itu bahan rottan oleh eksporter diambil yg kualitas 3,  setahun rusak..ganti.. rusak lagi ganti, yang penting model dan design up to date.
dalam area diskusi yang lain, jika customer Jepang visit ke pabrik atau kantor eksporter, mereka tidak segan segan berkomentar mengenai model ruang kerja, ruang lab.. kalau nggak pernah ada perubahan, baik luas ruangan, tata letak, warna cat,  mereka akan komen....eh ruangan loe kok nggak ada perubahan...(hehehe bhs jepangnya terjemahkan sendiri).
Nah bedakan dengan karakter masyarakat Indonesia....furniture makin lama makin bangga....

Jadi kesimpulan, mutu produk/ komoditi tetap harus dijaga, best quality, namun Anda jangan berkecil hati kalau mutu produk Anda masih belum baik, tetap lakukan ekspor sambil terus berinovasi......

Tetap Semangat Ekspor




Peluang & prospek Kerjasama Indonesia-Malaysia

 Peluang ekspor dalam pasar Asean  khususnya Indonesia - Malaysia bisa ditingkatkan, disamping mempunyai geografis dan kultur budaya masyarakat yang hampir sama (serumpun) ini bisa menjadi modal dalam peningkatan ekspor
  1. Total neraca perdagangan INA dengan MAL menunjukan surplus sejak 2009, namun trendnya menurun
  2. Saat ini masyarakat MAL gemar mengkonsumsi obat obatan tradisional seperti jamu dan produk herbal lainnya untuk pengobatan atau perawatan kesehatan alternatif
  3. Merk produk jamu INA yang terkenal di MAL antara lain Nyonya Meneer,Mustika Ratu,Sari Ayu,Sido muncul, sedangkan jamu produk lokal yang merupakan pesaing produk Indonesia adalah Tongkat Ali,Kacip Fatimah, dan Nona Roguy yang dihasilkan oleh home Industry
  4. INA dan MAL memiliki kerjasama dibidang karet,lada,palm oil dan kakao mengingat kedua negara ini merupakan produsen terbesar untuk ketiga produk tersebut